Oleh : Juwati Soetomo
Apa yang tak mungkin ketika banyak tangan menyatu dan saling menggandeng bahu-membahu untuk menciptakan satu mimpi dan satu tujuan?
Pict by indahnya-kebersamaan.html |
Nenek moyang bangsa besar ini telah membuktikan kejayaan demi kejayaan yang tak bisa lepas dari budaya gotong-royong. Berapa candi dan istana-istana kerajaan yang di bangun dengan semangat kebersamaan dan gotong-royong.
Coba bayangkan, betapa dinamisnya jika sebuah negeri yang masyarakatnya saling menghargai, saling menjaga, ditambah semangat bergotong-royong dan kebersamaan menjadi euphoria keseharian masyarakatnya. Akan tetapi, dewasa ini nilai-nilai dan semangat gotong-royong di negeri ini mulai mengelupas dan tersingkirkan dengan munculnya era individualisme yang mulai mewabah. Budaya mendahulukan ego dan nafsu untuk saling menjatuhkan baik di tengah masyarakat maupun dalam rongga-rongga pemerintahan sendiri seperti sebuah kebiasaan dan fenomena berita sehari-hari. Ironis.
Bersamaan dengan munculnya era digital dengan segala akses kemudahan dalam mendapatkan banyak hal tanpa harus turun ke lapangan, bertanya kanan-kiri, ataupun berinteraksi dengan sesama. Seolah jurang jarak antar sesame kian melebar saja, apalagi ditambah setiap kita dengan mudah mendapatkan segala informasi yang diperlukan tanpa bantuan, cukup searching, browshing asal terkoneksi enternet maka segalanya dengan mudah dapat terakses.
Begitu juga dalam hal komunikasi dan transaksi. Tak perlu tatap muka, temu-sapa segalanya dapat teratasi dengan kecanggihan dunia digital dan online. Pendek kata setiap individu bisa mendapatkan banyak hal dan melakukan berbagai kegiatan tanpa harus keluar dari sarang atau ruangan.
Pendekatan Pemerintah Kepada Masyarakat
Pemerintah, dalam hal ini sebagai aparat penaung serta pewadah aspirasi rakyat berpotensi sebagai pemersatu jalinan-jalinan individu di tengah masyarakat yang kian merenggang. Dengan membanjirnya arus informasi dan teknologi akhir-akhir ini pemerintah seharusnya lebih peka dan mengupayakan bagaimana dalam era digital ini menjadi ladang tersendiri untuk lebih mendekat kepada rakyatnya. Dengan memberikan informasi seluas-luasnya dan memberi wadah kelonggaran kepada masyarakat untuk beropini, memberi masukan, kritikan, sehingga pemerintah dapat dengan mudah dan tahu apa yang sebenarnya diharapkan oleh rakyatnya.
Dengan banyaknya media digital yang mudah di akses masyarakatnya, pemerintah dapat dengan mudah menyatukan aspirasi masyarakat tersebut lalu mewujudkannya dalam bentuk program dan pelaksanaannya.
Tentu dalam pelaksanannya diperlukan gerakan kebersamaan untuk saling mengisi dan bahu membahu. Untuk itulah diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan misi dan visi tersebut. Diperlukan kesadaran dari masing-masing individu, dan untuk membangun kesadaran tersebut diperlukan kepercayaan. Khususnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Contoh kecil, tengoklah negeri jiran kita Singapura. Betapa dasyatnya kekuatan kebersamaan yang didengungkan semasa pemerintahan Perdana Menteri Lee Kwan Yee, sehingga rakyatnya seperti termotivasi untuk bergerak, bergandeng tangan, dengan kesadarannya masing-masing mereka berusaha membuat lompatan untuk kemajuan negeri yang begitu minim sumber daya alam tersebut.
Begitulah sebuah kekuatan yang akhirnya membuat sebuah kekuatan luar biasa, yang mampu membuat sebuah perubahan pada bangsa ataupun peradaban. Kekuatan semacam inilah yang mampu membuat setiap individu akan merasa segan dan akhirnya memunculkan sifat kesadaran. Ketika hal ini sudah tertanam, maka pemerintah dapat dengan mudah menggerakkan masyarakat untuk bersatu dan bahu membahu.
Jika hal ini diterapkan di negeri ini, bukan sebuah mustahil jika bangsa ini akan membuat gelombang dan lompatan perubahan yang luar biasa.
Menanamkan Kepercayaan
Bukan hal yang mudah, tapi bukan sesuatu yang tak mungkin. Negara besar bisa tumbuh dan berkembang bukan hanya karena kekayaan dan sumber daya yang dimilikinya, akan tetapi kebesaran pemimpinnya yang mendapat kepercayaan masyarakat, kebesaran seorang pemimpin yang di dengar oleh rakyatnya. Hadirnya pemimpin-pemimpin besar yang mampu menggerakan dan menyatukan aspirasi rakyatnya adalah sebuah potensi luar biasa yang mampu mendobrak semangat masyarakat untuk menyatu. Disitulah dengan sendirinya akan tercipta semangat gotong-royong. Karena gotong-royong itu tidak hanya semata-mata bekerja sama dalam satu wadah untuk menyelesaikan pekerjaan berat menjadi lebih ringan.
Namun, untuk sebuah negeri dan era digital yang serba individualis ini, menciptakan kesadaran pada setiap pribadi jauh lebih penting. Sehingga setiap individu dengan potensi yang dimilikinya akan berusaha membuat perbaikan pada bangsa ini dengan caranya sendiri, sesuai kemampuan yang dimilikinya dan sepenuh hati melakukannya. Seperti Singapura dengan kesadaran setiap pribadi dalam hal menjaga kebersihan. Maka tak perlu membuat acara gotong-royong membersihkan bersama-sama, karena pada masing-masing telah memiliki kesadaran untuk hidup bersih dan saling menjaga kebersihan.